Selasa, 19 Juli 2016

Every Little Things Count

Empat tahun belakangan ini, aku nyadar kalau tubuhku ada yang nggak beres. Air pipisku keluar mulu, dan ngga kerasa deh taunya ngalir aja gitu. Emang gak gitu banyak sampe banjir, tapi harus pake softex terus jadinya. Bisa dibilang, kayak yang kanker prostat lah. Tapi kanker prostat apaan, prostat aja ga punya lol. 

Empat tahun, jawabannya nggak ketemu. Ada yang bilang pembengkakan kantung kemih, dan dikasih perawatan. Tapi? Satu tahun, dan nggak ada hasil. Pernah ke dokter? Pernah. Dan jujur, aku bahkan lupa dokternya bilang apaan. Lol. Yang jelas, nggak ada hasil juga.

Orangtua, setiap aku ngeluh cuma bilang 'Ya nanti juga nggak akan apa-apa. Sembuh sendiri.'
Empat tahun, nggak sembuh-sembuh juga bok.

1/3 dari pengobatan itu (termasuk ke dokter) aku lakukan tanpa orangtua. Karena mereka selalu meremehkan. Ibu bilang Bapak pernah ngalamin yang kayak gini juga, dan cuma sebulan diterapi sembuh. Jadi mereka percaya kalau aku cuma butuh waktu agak lama aja sampe sembuh.

Aku nggak bisa bilang bahwa kami (aku dan orangtua) udah melakukan yang terbaik, karena sebenernya kami bisa berjuang lebih dari ini. Cuma, keinginannya aja belum terlalu kuat. Terutama di pihak mereka. Rasanya nggak diperjuangin itu perih cuy.

Suatu hari, akhirnya aku cerita sama kakak iparku. Nggak disangka, beliau bongkar rahasia juga. Beliau juga pernah ngalamin hal yang serupa, dan dua kali terapi langsung sembuh. Orang yang terapinya bapak-bapak di Subang. Tukang pijit pemain persib katanya mah. Setelah diskusi yang agak panjang, akhirnya kami pergi ke Subang. (Aku, kakak, kakak ipar, bayi mereka, dan adik sepupuku)

Subang kota teh ternyata jauh juga ya dari Padalarang. Haha :(

Kakakku udah wanti-wanti, dia bilang jangan berpikiran aneh-aneh ya sama si bapak pijit. Bapak ini nggak pake kekuatan mistis kok, cuma dia tau jelas posisi organ tubuh yang bener. Jadi kalau ada yang salah, beliau tau. 

Oke lah, lagian aku percaya kok satu sama lain di tubuh ini saling berhubungan. Ya kalo nggak mah gimana atuh kita ga akan bisa mengendalikan tubuh dengan bener atuh. Kan lieur yah.

Waktu datang, aku disuruh duduk dan telapak tanganku diteken-teken pake satu jari. Bapaknya bilang, 'Neng pernah jatoh nggak waktu SMP? Jatoh yang tisoledat, bujurnya duluan gening.'

Terus aku mikir. Lama.

YAELAH. Kalo bapaknya nggak nanya kayak gini aku bakalan lupa aku pernah jatoh nggak wajar. Sumpah. (Terus kata +Zaeni Muhamad Zacky Ramdani : 'Bagus, sama hidup sendiri teh lupa' -_-)

Waktu SMP, aku pernah di WC sendirian sepi banget sore-sore (SMP aku sekolah asrama dan WCnya macem di WC umum yang berjajar banyak), aku abis mandi gitu. Terus entah kenapa darimana datengnya, ada lantai (yang kayaknya kejatohan sunlight atau sabun cair lah), licin banget. Jatoh lah aku tisoledat, pantat duluan yang hit the floor. 


Aku bilang ke kakak iparku kalau aku lupa banget pernah jatoh kayak gitu. Emang dasarnya aku pelupa, dan manusia kadang emang pengen melupakan hal yang memalukan, ya. Meskipun di WC sendirian, tapi suaranya kenceng banget jadi takut ada yang denger, penasaran, cari aku, ngeliatin dan ngetawain (gile overthinking amat bu). Akhirnya aku ga bilang ke siapa-siapa aku jatoh, da malu atuh. Hehe.

Tiba-tiba kakak iparku bilang:
"Biasanya yang paling gampang terlupa itu hal yang paling penting dan nggak sepele."
Wow.

Tapi da gimana, jatohnya juga udah. Udah lama. Kalo mau maen itungan mah, ada lah sekitar 8 tahun. Terus apa efeknya?

Bapak pijitnya bilang kalau tulang belakang aku bengkok lima rusuk dari bawah, ngebentuk huruf S. Plis deh mentang-mentang nama dari huruf S, harus banget gitu tulangnya ngebentuk huruf S..
Karena tubuh ini saling berhubungan satu sama lain, efeknya jadi kemana-mana (dan aku baru sadar). Semua sakit yang pernah aku alamin for the past 8 years, it all makes sense now.

Yang paling kerasa (dan aku sadari), ya efek ke kantung kemih selama empat tahun terakhir. Posisinya jadi nggak bener, dan fungsinya juga ga bener.

Bapaknya bilang, rahim juga kena. Aku ngerasa akhir-akhir ini menstruasi acak-acakan banget, dan kadang ada darah yang nggak seharusnya keluar. Bapaknya bilang in the worst case, I will never have a child. (But mbak +Primadita Rahma once told me that masalah anak mah ada yang lebih tahu apa kita pantas punya atau ngga. I'm barely 19yo but dude, siapa cewek yang nggak mau punya anak?)

Tahun ini, berat badanku turus sangat drastis. Aku pikir itu karena aku stress, terlalu mikirin banyak hal. Tapi ternyata bukan cuma itu. Posisi dan fungsi usus aku juga udah kepengaruh jadi kurang baik. Gizi makanan nggak bisa terserap dengan baik.

Dan yang kerasa lima hari kemaren, aku selalu mual. Bangun tidur, mandi, makan pun aku mual. Tapi I love food so much that I can never quit eating. Aku udah pernah merasakan hal yang lebih buruk daripada mual (yang menghambat makanan masuk), jadi itu nggak masalah. Aku tetep makan. Ternyata, asal muasal mualnya, ada di empedu dan lambungku yang baru-baru ini ikut keganggu juga saat bertugas.

Dude, I guess that I believe it too much. Tubuh ini saling berhubungan, sampai-sampai kalau ada satu yang sakit, efeknya kena ke sekelilingnya sedikit-sedikit. O jelas, prosesnya pelan banget. Sampai aku aja nggak sadar.

And what I am feeling now?

So sad and angry. To myself, for being forget about the tragedy. Hal sekecil apapun dalam hidup, bisa mempengaruhi hidup kita selamanya. Apalagi masalah kesehatan. Tulang ekor, dan tulang belakang.

Waktu aku kasihtau temen, temenku malah nanya begini:

"Tapi kamu kalau jalan biasa aja kan?"

Terus aku tertegun. Jahat banget. Tapi. Tapi.
Iya juga ya, masalah tulang ekor dan tulang belakang ini sensitif banget. Fakta bahwa nggak ada organ tubuh luar (tangan, kaki, mata) yang kena efeknya ini menyadarkan aku bahwa masih ada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Dan itu belum, (semoga) nggak terjadi sama aku.

Kalau Oliver Queen dan Ikoma ditusuk pake pedang tapi masih hidup itu keajaiban, berarti aku jatoh dengan posisi yang fatal dan masih bisa jalan, lari-lari, dance selama 8 tahun belakang ini juga keajaiban.

The difference between Me and those both Oliver and Ikoma..
They found what they are living for, even if they are damaged so bad. Tapi aku di sini, masih dalam step 'memproses' kenyataan dan menerima bahwa aku udah 'rusak', selama 8 tahun terakhir. Jujur, sekarang ini aku masih syok dan nggak bisa ngomongin apapun selain tentang hal ini. Aku masih belum tau apa yang harus kulakukan. 

I don't know anything anymore,
but I do thank God that I am (still) alive.
I do thank God that I have them in my live. Love that never ends.

1 komentar:

  1. wahh padahal 8 tahun yang lalau ya tapi efeknya baru kerasa, hal seperti itu memang tidak boleh disepelekan ya..

    BalasHapus

Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!

COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES