Senin, 20 Maret 2017

Poker(face)

Manusia bisa saja menyusun rencana serapih mungkin, tapi tetap Tuhanlah yang menentukan―rencana itu bisa terwujud atau tidak. Pagi itu hujan. Aku yang udah siap-siap pergi ke desa Cilengkrang, terpaksa harus berteduh di kosnya +egiyana geraldi yang notabene bersedia membonceng aku ke desa Cilengkrang nanti, untuk meramaikan acara HIMA.


Dari kecil, aku terbiasa diam dan memperhatikan keempat kakak sepupu laki-lakiku. Entah mereka sedang bermain gundu, perosotan, bahkan mandi bersama-sama. Hari itu, Egi dan tiga orang temannya bermain kartu sembari menunggu hujan reda. Melihat empat lelaki berkumpul dan memainkan kartu remi bukan hal yang asing buatku. Yang membuatku bingung, adalah cara mereka memainkannya.

Mereka menyebutnya poker. Salah satu dari mereka memulai pernainan. Mengeluarkan angka empat. Yang lainnya mengeluarkan tujuh. Lalu kartu K. Lalu JEBRED! Lima buah kartu dilempar ke lantai, dengan nomor dan seri berbeda. Aku bahkan tak bisa ingat kartu-kartunya. Sambil bermain, beberapa celotehan keluar dari mulut mereka.

"Bom atuh bom.."
"Duh geus mah nomerna tilu, wajik deui.."
 "Sudah nomornya tiga, kartunya wajik pula.."
"Geus lah salim, salim.."

Melihat mereka yang begitu larut dalam permainan, aku semakin penasaran, tapi tetap tidak mengerti. Saking tidak mengertinya, aku tidak akan punya sudut pandang untuk mengedit video mereka saat bermain poker, jika aku berniat membuat video. Tapi tidak.

Aku : "Penasaran ih gimana cara mainnya, tapi nggak ngerti."
+Bilhaq Ariwayat :"Ya udah sini atuh fir, maen."
Aku : "Tapi da nggak ngerti, hahaha."
Bilhaq : "Eh belajar, biar nanti KKN gak boring."
Aku : "Yaudah belajar main kartunya nanti pas KKN aja."
Bilhaq : " Eeh, nanti kamu bagian beresin kartu terus."

He.

Aku : "Sumpah, nggak ngerti."
Egi/Bilhaq : "Ikut dulu main sini, nanti baru ngerti."
Aku : *diem*

Tidak, aku tidak mengambil tawaran itu. Tapi hingga hari ini, aku masih penasaran perbedaan apa yang ada jika seandainya hari itu aku ikut bermain poker dengan mereka. Apakah aku akan ada di rumah hari ini dan menulis blog, atau nongkrong di kelas bermain poker dengan mereka hari ini? Apakah aku akan memikirkan untuk beli kartu remi? Entahlah.

Tapi yang mereka katakan benar. Aku tidak akan bisa belajar untuk bermain poker, jika aku tidak pernah mencoba bermain poker, setidaknya sekali.

Saat kamu membeli barang baru, biasanya ada petunjuk penggunaan bersama kemasannya. Kamu takut untuk menggunakan barang tersebut, kamu tidak mengerti. Kamu takut salah. Karena ini kali pertamamu. Tapi kalau kamu hanya membaca petunjuk penggunaannya terus tanpa mencoba menggunakannya, kamu nggak akan pernah menggunakannya.

Takut, itu wajar. Aku juga takut melakukan hal yang baru. Takut salah. Aku takut menggunakan barang yang baru. Takut tidak cocok. Aku takut berkenalan dengan orang baru. Takut mereka tidak nyaman denganku. 

Tapi jangan sampai, rasa takut itu melebihi rasa penasaranmu. Nanti kamu nggak maju-maju.

Aku juga ingin dibimbing. Aku minta tolong +Milanev buat pasangin softlens, juga Ami untuk copotin softlens. Tapi kalau ada mereka terus, aku nggak akan bisa pasang-copot softlens sendiri dong. Terus apa poinnya? Skillku nggak nambah kok dengan minta tolong mereka terus.

Take risks. Life is too short to depend on others. Lagipula, nggak semua orang akan selalu ada saat kamu butuh bantuan.
"You don't start a thing  by thinking about it.
But you start by doing it."
Egi, Bilhaq, dan kawan-kawannya benar. Kalau aku cuma memperhatikan mereka tanpa mau mencoba, aku tidak akan pernah tahu bagaimana cara main poker yang benar, mana yang salah. Mana yang bisa membuatku menang, mana yang bisa membuatku kalah.

Welcome to real life, where you are completely clueless, yet trying not to be. And that's the beauty of it.

Teruntuk kamu dan kamu yang sedang mencoba hal baru, percayalah. Kamu tidak sendirian. ✨

2 komentar:

  1. You don't start a thing by thinking about it. But you start by doing it. ----> KEREN ABISSSSS

    If you’re not scared, you’re not taking a chance. And if you’re not taking a chance, then what the hell are you doing?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena kalau cuma dipikir terus, kapan mulainya yak 😆

      Hapus

Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!

COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES