Senin, 28 Mei 2012
KONPIDA JABAR 2012
Minggu, 27 Mei 2012
Bintang dan Matahari - Multitalent
“Bintang, di mata kamu aku
sebenernya kaya apa?” Hari bertanya, namun matanya menatap lurus ke arah langit
malam. Angin bertiup pelan, lembut. Aku menyandarkan diri di bangku taman yang
sedang kami duduki. Lampu yang ada di sisi kiri bangku kami berpendar lemah.
“Buat aku Har, do’a orangtua kamu bener-bener terkabul. Kamu bener-bener
layaknya matahari, Har. Pergerakannya semu, tapi kehadirannya sangat berarti
dan sangat dibutuhkan.” Hari menoleh, menatapku. Aku balik menatapnya. “Cie
banget kamu, diajarin siapa bisa bikin kata-kata kaya gitu?” Tanyanya lagi.
“Diajarin kamu. Karena kamulah cinta.” Jawabku. Hari tersenyum salah tingkah.
Aku hanya menyeringai lebar. “Dasar kamu. Beneran deh, lama-lama aku bisa
ngebukuin kata-kata kamu, saking banyaknya.” Aku tersenyum, cerah.
“Nah kan aku udah jawab. Sekarang
aku mau gantian nanya sama kamu. Aku di mata kamu kaya apa Har?” Tanyaku. Hari
kembali menerawang, menatap jutaan bintang yang bertabur beraturan di atas
sana. “Aku gabisa jawab seromantis kamu, Ta.” Ujarnya lemah. Aku hanya
tersenyum. “Aku ga menuntut keromantisan, Hari. Aku cuman pengen tau aku di
mata kamu kaya apa. Aku cuman mau jawaban kamu yang sejujur-jujurnya.” Ia
mendengus. “Kamu mungkin lebih dari jutaan bintang ini, Ta. Kamu itu cengeng,
ego, tapi multitalent. Orang dengan kepribadian paling kompleks yang pernah aku
kenal.” Jawabnya. Aku tertawa kecil. “Multitalent? Aku bahkan gabisa masak,
hari..” Balasku dingin. Kini ia terkekeh kecil.
“Aku rasanya lagi pengen ngebahas
tentang multitalent yang tadi kamu bilang, Har. Yah, kata kamu, aku emang
multitalent bidang apa?” Aku memecah keheningan, setelah sekian lama kami hanya
saling diam dan menatap langit. Hari memainkan ujung syal birunya. “Hmm.. yah
serbabisa aja gitu.. Nyanyi kan kamu bagus.. nulis apalagi.. gagambaran dikit
juga lumayanlah.. Basket oke kok. Kamu baru masuk setengah taun tapi
kelihatannya menonjol aja dari yang lain.. Apalagi ya? Apalagi wajah kamu
keliatannya bijaksana sama dewasa banget..” “Iya tapi padahal aku cengen sama
manja banget kan?” Potongku. Ia tertawa lagi. “Nah iya. Kamu tuh penuh kejutan.
Coba aku mau tau. Aku pernah denger, kata orang kamu bisa nge dance, emang
iya?” Tanyanya. “Yaa dikit dikit deh.” Jawabku seadanya. Hari bertepuk tangan.
Sabtu, 26 Mei 2012
Bintang dan Matahari - Buku
"Ta, betah amat sih baca buku. Berdiri, lagi. Ngga pegel diem aja disitu? Aku aja yang dari tadi nungguin kamu sambil mondar-mandir liat buku aja pegel.." Aku menoleh. Hari. "Eh Hari. Lagian siapa juga yang minta ditungguin kamu?" Tanyaku, sinis. Hari menghela nafas. "Yaudah, aku pulang duluan kalo gitu.." Ujarnya sembari membalikkan badan. Aku menarik minipacknya. "Ehhh bercanda dikit dong Har. Yaudah ayo kita jalan deh.." Ujarku akhirnya, menyerah. Hari tersenyum dan melangkah keluar toko buku. Aku membuntutinya dari belakang.
"Jadi kita sekarang mau kemana Har?" Tanyaku, mendapati kami sedari tadi hanya berjalan menyusuri ,all yang sedang penuh sesak oleh pengunjung. "Hmm.. mau ke PH? KFC? Foodcourt? Kamu lebih suka kemana?" Hari balik bertanya. Aku mendengus kesal. "Nawarin ke PH, gayanyaaa.. kayak yang dompetnya tebel aje.." Cibirku. "Bukannya dijawab.." Ujarnya sembari menoleh ke arahku. Aku menyeringai. "Kamu kaya baru kenal aku seminggu deh. Aku lebih suka ke foodcourt." Jawabku ringan. Hari menggeleng-gelengkan kepalaku. "Bukan itu maksud aku, Tata. Bisa aja kan kamu lagi pengen makan di yang lain, gitu.." Ujarnya. Aku hanya manggut-manggut.
"Kenapa tadi kamu ga beli aja bukunya?" Tanya Hari, setelah kami duduk bersampingan. "Lagi ga punya duit. Lah kamu juga kan tau." Jawabku dingin. "Emang berapaan sih itu bukunya?" Tanya Hari lagi. "Enampuluh empat ribu." Jawabku seadanya. Mata Hari membelalak. "Buset, mahal amat. Emang buku itu judulnya apa? Rame ga?" Tanyanya lagi. Aku mendengus. "Judulnya, 'Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh. Yang ngarangnya Dee. Rame bangetlah makanya aku betah bacanya juga, Mataharii.." Jawabku gemas. "Biasa aja dong Bintang, aku kan cuman nanya." Balasnya. Aku mendengus. "Emang ceritanya tentang apa Ta?"
"Jadi kita sekarang mau kemana Har?" Tanyaku, mendapati kami sedari tadi hanya berjalan menyusuri ,all yang sedang penuh sesak oleh pengunjung. "Hmm.. mau ke PH? KFC? Foodcourt? Kamu lebih suka kemana?" Hari balik bertanya. Aku mendengus kesal. "Nawarin ke PH, gayanyaaa.. kayak yang dompetnya tebel aje.." Cibirku. "Bukannya dijawab.." Ujarnya sembari menoleh ke arahku. Aku menyeringai. "Kamu kaya baru kenal aku seminggu deh. Aku lebih suka ke foodcourt." Jawabku ringan. Hari menggeleng-gelengkan kepalaku. "Bukan itu maksud aku, Tata. Bisa aja kan kamu lagi pengen makan di yang lain, gitu.." Ujarnya. Aku hanya manggut-manggut.
"Kenapa tadi kamu ga beli aja bukunya?" Tanya Hari, setelah kami duduk bersampingan. "Lagi ga punya duit. Lah kamu juga kan tau." Jawabku dingin. "Emang berapaan sih itu bukunya?" Tanya Hari lagi. "Enampuluh empat ribu." Jawabku seadanya. Mata Hari membelalak. "Buset, mahal amat. Emang buku itu judulnya apa? Rame ga?" Tanyanya lagi. Aku mendengus. "Judulnya, 'Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh. Yang ngarangnya Dee. Rame bangetlah makanya aku betah bacanya juga, Mataharii.." Jawabku gemas. "Biasa aja dong Bintang, aku kan cuman nanya." Balasnya. Aku mendengus. "Emang ceritanya tentang apa Ta?"
COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES