Senin, 07 Agustus 2017

KKMT di Thailand: What it Really Takes

Jujur, aku pernah bilang sama orangtua kalau aku males banget berangkat ke luar negeri dalam urusan pendidikan. Rasanya nggak kebayang aja tinggal di negeri orang. Bukan buat liburan. Malah belajar, pakai bahasa asing pula.

Datang ke pelosok Indonesia aja, bahasa yang dipakai pasti asing di telinga.
Apalagi di luar negeri.
Apalagi di Thailand, yang nggak pakai huruf abjad. Wew.


Bahkan sampai sekarang, di sini, aku sebenernya masih bertanya-tanya. Kok bisa? Emang aku sekarang beneran lagi di Thailand ya? Because still, it feels like dream. A dream I really want to wake up from, karena sekarang lagi nggak betah. (Memasuki minggu ketiga nih~)

Akhir tahun lalu, Selvia tiba-tiba nyeletuk ingin PPL di Thailand dan mengutarakannya sama temen-temen yang asli Thailand. Ternyata keinginan Selvi nggak bertepuk sebelah tangan. Anak-anak Thailand juga punya niatan ingin mengabdi di negaranya sendiri. Dengan bawa orang Indonesia, meskipun cuma dua atau tiga orang.

Turns out, there are thirteen of us went to Thailand. (+2 Thai students +1 lecturer)


 Kalau kamu mau baca cerita lengkapnya dari Bandung ke Hat Yai: naik pesawat apa, bus apa, berhenti di mana aja, habis berapa duit; baca postingan ini ya. 

But if you want to know what it really takes, here I told you.


Courage. It takes courage.

Saat pergi, kita bener-bener nggak punya bayangan seperti apa tempat yang bakalan kita tempatin. Nggak ada waktu buat observasi, nggak ada waktu buat pilih-pilih. Begitu datang, kami harus bisa menerima apapun yang ditawarkan negeri ini.

Kita beneran nggak tau keadaan warga yang bakal kita temui. Sekolah dan siswa yang kita ajar. Tempat tidur? WC? Apakah tempat tinggal bakalan deket sama minimarket? 

Butuh keberanian yang besar untuk menghadapi hal yang bahkan kamu nggak tau itu apa dan bagaimana.


Energy. A lot of it.

Pergi ke negara asing lebih dari seminggu, bukan buat jalan-jalan doang. Koper kami jadi penuh amunisi buat bertahan hidup. Baju, alat sholat, perlengkapan mandi, makanan, bahan makanan, kebutuhan pribadi, you name it.

When you bring luggage, it stucks with you. Meskipun masih ada teman baik-baik yang mau bantuin bawa atau angkut barang, you can't just rely on them. Barang bawaan kamu, ya tanggungjawab lah sendiri. Your friends also need their own energy to survive the journey.

Curiousity.

Selama perjalanan, kami bertemu dengan ribuan orang dengan latar belakang yang berbeda. Kami mampir ke belasan tempat dengan kondisi berbeda. Kami makan makanan dengan jenis rasa yang berbeda.

Kalau nggak punya rasa penasaran dan berani coba, kami nggak akan survive lah. Ga penasaran buat  nanya ini makanan halal atau ngga? Bye aja. Ga penasaran coba ngobrol sama orang asing? Gimana mau nanya toilet di mana, beli tiket gimana? Bye aja, beb.

Heart.

Semua orang pasti kangen rumah kalau pergi jauh-jauh dengan waktu yang lama. But I have my personal case. Orang bilang, enaknya travelling, jalan jauh dari rumah itu enaknya kalo lagi patah hati. Biar bisa lupain hal-hal yang menyedihkan.

Lah Safira mah pergi pas lagi anget-angetnya sama orang. Mana sebelum pergi aja udah ga ketemu sebulan. Aku pergi, tambah ga ketemu dua bulan. Tambah jauh.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Safira Nisa (@safiranys) pada

And if you ask me what makes me go this far: I am currently confused how to define myself.

Entahlah, rasanya setelah operasi itu my whole life changed. Emotionally, physically, it even affected my hormones. This one deserves another post!

Masih ada sebulan lagi waktunya tinggal di sini, dan masih banyak yang belum beres. Doain lancar ya gengs!

Thanks for reading!
―❤, Safira Nys

4 komentar:

  1. Wawww....
    Pengalaman keren bangettt... ��

    BalasHapus
  2. Aku mah PPM ingin melupakan patah hati fir :') .

    Semua hal memang ada hikmahnya ya, baru berangkat aja udah segitu banyak. nanti pasti pas pulang akan lebih banyak lagi hikmahnya, jadi semangat ya fir !! Semoga lelahnya berkah :)

    BalasHapus
  3. Bener deh bener Firrr, pergi jauh paling asyik sewaktu patah hati. Tapi nggak ada salahnya juga pas udah jatuh hati, balik-balik rasa rindu udah bergejolak buat orang yang kamu cintai. ^^

    Keren, semoga pengalaman ini memberimu banyak hal berharga ya Fir :*

    BalasHapus
  4. meskipun saat di negara orang rindu akan kampung halaman, tapi pengalaman yang baru bisa membuat kita belajar lebih banyak lagi.. :)

    BalasHapus

Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!

COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES