Senin, 30 Agustus 2021

Kuliner di Bandung: SAI Ramen & Terminale Gelato Trunojoyo

Setelah tiba-tiba ngelihat lagi postingan Tempo Gelato di tahun 2015 gara-gara A Ichad bilang dia pengen nyoba gelato yang di Jogja, aku terdorong lagi untuk mendokumentasikan jajanan-jajanan dan tempat yang pernah aku kunjungi di blog. Karena beda sama archive story atau album facebook, kalau nulis di blog archive-nya mudah banget dicari. Tinggal tulis namaku + nama tempat di google, langsung keluar tuh artikelnya 🤣

Awalnya juga aku nulis blog ini untuk dokumentasi pribadi, jadi ya why not juga nulis kombinasi antara wisata kuliner dan pengalaman pribadi di sini. Oke banget untuk documenting memories~

Jadi, hari Jum'at kemarin aku ceritanya mau vaksin kedua di RSHS. Yang aku nggak tau, kalo vaksin hari Jum'at di RSHS cuma sampai jam 11 doang. Sedangkan aku ngajar dari jam 10.00 - 11.30. Ya mau berangkat sama A Ichad apa engga, pasti tetep jalan abis dzuhur dan tetep ga sempet vaksin 😌

Untungnya jalan sama dia, jadi nggak terlalu bete karena ga perlu nyetir sendiri. Abisnya macet banget. Bandung udah ga berasa kayak PPKM. Mana seminggu itu aku lagi banyak banget kerjaan, tidur ga tenang, pulang malem pagi berangkat, 1 hari ada 3 kerjaan berbeda.. Wah kalo pergi sendiri terus ternyata ga bisa vaksin kayaknya udah nangis 🤣

Karena ga sedih juga ga dapet vaksinnya, jadi kita memutuskan untuk jajan aja. Aku yang pilih tempat karena dia aneh banget, ditanya mau jajan apa pengennya malah jajanan SD. Jadi kita ke SAI Ramen dan Terminale Gelato Trunojoyo. 

SAI Ramen 



Aku nggak ambil foto suasana tempatnya karena nggak berencana buat nulis ini sama sekali. Tempatnya semi open-space, dapurnya pun open-space. Jadi kita bisa liat chef masak ramen, orang di luar juga bisa ngintip kita makan. Suasananya dibikin mirip sama tempat makan ramen di Jepang, pakai kursi bar pendek juga. Detailnya? Oke banget. Banyak tempelan stiker seperti di Jepang, mejanya kayu seperti yang bisa terlihat di foto. 

Cara ordernya cukup unik, kita langsung pilih sendiri menu di layar dan nanti akan keluar struk. Setelah struknya keluar, kita bawa struknya ke kasir untuk bayar. Setelah bayar, baru duduk deh. Kemarin kita ada waiting list tapi cuma 2 orang, gak lama juga sih. 

SAI ramen ini bukan cuma tempatnya doang yang dikonsep mirip seperti suasana di Jepang. Tapi ramennya pun dibikin mirip seperti yang di Jepang, katanya. Kalau kata A Ichad, mi di ramen SAI ini beda banget sama kedai-kedai ramen pada umumnya di Bandung. Aku setuju sih, kenyal mi-nya pas, lembut, sama sekali nggak keset ketika dikunyah. Mi-nya sendiri nggak berasa, cuma kuahnya doang yang berasa. 

Aku pilih varian Black Garlic, A Ichad pilih kuah Curry tapi kita sama-sama pesen katsu. Buat aku, kuah black garlic ini rasanya unik. Ada rasa gurih, aroma rempah, dan ada rasa sedikit pahitnya. Cuma aku rasa kuah Black Garlic ini kurang flavorful buat aku. 

Selain ramen, aku juga beli Gyoza tapi nggak aku foto karena, balik lagi ke alasan pertama: gak kepikiran untuk nulis ini 🤣. Gyoza di sini enak, isi ayam dan udang. Isiannya full, bikin tampilan gyozanya gendut juga. Sama sekali ga kopong. Cincangannya halus, ada rasa jahe-nya dan sepertinya dia pakai kucai juga. Aku suka deh. 


Aku nggak habisin kuahnya, sedangkan A Ichad minum kuahnya sampe abis. Kalo kata orang sunda mah, diuyup dari mangkoknya 🤣 Setelah dia nge-uyup kuah, dia bilang "Itu kan tradisinya orang Jepang." Eh, terus di tutup sumpit ada stiker dengan tulisan "The proper way to finish your ramen" dengan foto orang lagi uyup kuah dari mangkok ramennya. Terus dia ketawa sambil nunjuk stikernya haha "Tuh ada" 

Selama makan ramen, dia ngomongin perbedaan Ramen dan Soba. Aku nggak tau dia nyadar apa engga tapi ini udah ketiga kali dia ngomongin ramen dan soba 🤣. Maybe he likes soba that much, and I don't want to interfere. Seru aja kalo liat orang ngomongin hal yang dia suka atau passionate about even though he repeats it for the thousand time I might still listen to him patiently 🙂👍🏻

Terminale Gelato 


(maafkan sunscreenku yang memantulkan cahaya jadi wajahku putih banget) 

Tempat gelato ini agak nyempil dan nggak terlalu keliatan dari jalan raya, karena tempatnya ada di bagian gedung hotel Hay. Di sini ternyata cafenya nggak cuma Terminale Gelato doang, tapi ada satu cafe lain yang aku nggak inget namanya. 

Tempatnya semi-outdoor juga, aku bilang semi karena bagian atasnya masih ada atap gitu. Pas ke sana nggak ada orang yang jajan dan kita langsung pilih rasa eskrim yang dimau. Di Terminale Gelato rasa eskrimnya cukup banyak sih, mungkin lebih dari 10? 

Aku pesen rasa Cheese Cake dan Lotus Biscoff, sedangkan A Ichad pesen Milo dan Chocomint. Di sini beli yang ukuran paling kecil aja bisa pilih dua rasa, canggih banget sih 🤩


Dan, dikasih waffle crispy yang tipis gitu di atasnya. Buat rasa Cheese Cake-nya, rasanya tipikal rasa cheese cake: perpaduan gurih, asem, manis. Ditambah sama selai blueberry-nya,  makin ada rasa seger asem-nya gitu. Sedangkan yang rasa Lotus Biscoff, ya seperti rasa Lotus Biscoff aja tapi dingin. Biskuit ini khas sama rasa karamel dan rempahnya, yang menurut aku rempahnya ini punya sensasi 'hangat' seperti cinnamon dan ginger. 

Kalau yang milo, aku nggak coba meski A Ichad gak habisin. Mungkin rasanya seperti milo aja. Kalau yang Mint Choco, kata dia sih rasanya mirip ceres rasa mint, cuma dingin aja. Iya bener sih, aku setuju 🤣. Plus ada sensasi cooling yang lebih dingin sih dibanding varian lain yang aku coba. Selain itu, ada potongan choco chip kecil juga di dalam rasa mint choconya.

Tapi menurut aku, tekstur 'gelato'nya kurang dapet deh. Teksturnya mirip kayak eskrim Baskin's Robbins, mudah mencair juga. Kalau gelato biasanya agak 'melar' karena kental banget teksturnya, sedikit bisa dikunyah, dan.. sedikit lebih sulit mencair ketimbang eskrim biasa. Karena teksturnya kayak eskrim biasa, kata A Ichad aku makan gelatonya cepet banget. Ya abisnya di mulut langsung ilang 🤣

Pulang dari sini, aku ke rumah kakak sepupuku untuk ngembaliin charger yang aku pinjam di hari Kamis pagi by knocking at his door at 7 AM yang mana bener-bener bangunin dia karena dianya ga baca pesan Whatsappku. Aku ngagetin dia dengan minjem charger tiba-tiba, dia ngagetin aku dengan nyuruh ke rumah orangtuanya karena kakak sepupuku lagi ngumpul bertiga, plus istri dan anaknya. YaAllah mau ngembaliin kabel charger rame banget 🤣

Sayangnya nggak bisa lama-lama sama mereka karena aku ga enak juga sama A Ichad meski kakak sepupuku dan A Ichad sedikit-sedikit kenal. But overall that day was fun. 

If I were to say, aku dan A Ichad di Maniesshad ini bisa jadi berbagai macam sub-unit. Kalo sama mamih, aku sub-unit ARMY. Kalo sama A Ichad.. we both are geeks, knows things about cars, likes to critique food and drinks, can randomly talk about our families karena masih related meski jauh juga. We also are the only ones in our group that use stickers, chats in all small caps, have the most irregular sleep schedule, I don't know. Sometimes we're too much alike tapi on the other hand banyak hal yang bertolak belakang dari kita, salah satunya ini: 

Yes that was from 2013, tapi hari Jum'at kemarin.. Kejadian lagi. Aku bilang aku ngantuk, pengen tidur, dia bilang dia hari ini hanya tidur 4 jam. At this point our conversation becomes a pattern, recycling what has happened 8-10 years ago 🤣

And I just think that it's funny. 

Can't wait to write other food journals because I already have some pics and I just have to tell the stories behind the pics~

Thanks for reading!

❤️, Safira Nisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!

COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES