Hidup itu pilihan. Seperti yang aku bilang di 'Hidup di Internet #1 - Jangan Pasif', Internet sama aja kayak dunia nyata. Hidup menawarkan kita berbagai pilihan, tinggal kita aja yang pinter-pinter memilih. Internet menawarkan berbagai hal: informasi, peluang, koneksi.. Kita bisa pilih apa yang mau kita lihat, dan yang mau kita bagikan.
Post ini ditujukan khususnya buat kamu yang suka cari info dan berbagi info di Internet. Tapi semuanya boleh baca karena if you see this post, berarti kamu salah satu orang yang aku tuju~
You are what you eat.
Statement ini udah nggak asing lagi, sering banget didenger. Tapi apa maksudnya sih? Apa maksudnya kalau kita makan apel, kemudian kepala kita bakalan berubah jadi mirip apel? Merah dan rambutnya jadi ijo?
Menurutku, 'eat' di sini nggak selalu apa aja yang kita masukin ke mulut. Seluruh tubuh kita adalah organ yang butuh makanan buat berproses. Kulit, butuh skincare baik yang memberi gizi dan makanan buat kesehatannya. Otak kita, butuh informasi yang membuat dia tetap berfungsi dengan baik. Therefore, informasi adalah makanannya otak.
Now you know, they won't call the homepage of a social media 'feed' for nothing.
Orang-orang ga akan nyebut homepage-nya sosial media itu 'feed' (makanan) kalau gak ada artinya.
Makanan sangat berpengaruh sama kesehatan. Itu faktanya, yang terjadi di lambung dan sistem tubuh kita. Orang yang selalu bisa ngejaga makanannya dengan baik, cenderung lebih sehat daripada orang yang makannya sembarangan. Nggak teratur, yang dimakannya juga gak jelas apaan.
Dalam pengertianku, otak kita juga harus dijaga 'makanan'nya. Biar pikiran kita tetap sehat; nggak mudah iri hati, ngomongin orang lain terus, nge-bully orang lain, atau bahkan menyerap hal-hal yang nggak perlu.
Internet, lebih besar daripada yang kita tau. Yang pake banyak banget, tujuan buat make-nya juga macem-macem. Ada yang pake internet buat kepentingan pribadi, kepentingan komunitas, bahkan pekerjaan. Ya, sekarang banyak banget merk-merk lokal atau internasional yang memaksimalkan potensi Internet dan sosial media buat promosi dan keep in touch sama customernya.
Keep in mind that apa yang ada di Internet nggak selamanya bagus, benar, dan bermanfaat. Memilih apa yang mau kita liat jadi penting banget karena kalau nggak dipilih, kita bisa-bisa terjebak sama circle sosial media dan info di internet yang gak bermanfaat; nggak bisa menambah wawasan dan nggak membantu kita berkembang. Atau bahkan kejebak sama tren baru yang asik, semua orang ngikutin.. tapi nyatanya gak bermanfaat.
Internet berkembang cepet banget, dan penggunanya masif. 'Tren' jadi salah satu hal yang cepet berubah dan 'menyeret' masyarakat. Aku setuju banget sama artikel di Gogirl! Magazine #135 School is Cool Issue, April 2016 di atas. Artikel ini ngebahas tentang tren di sosial media yang sebenernya gak cocok sama budaya kita, alasannya, dan gimana cara menghindarinya. If Gogirl! tells us how to menghindari tren yang kurang sesuai sama budaya kita, now I'll give you tips how to 'pilih-pilih orang yang kita follow'-nya.
- Know what you want. Sebelum bener-bener follow akun-akun di Internet dan sosial media, kamu harus tau tujuan kamu menggunakannya. Apakah buat cari inspirasi buat bikin post? Apakah buat update tentang hal-hal terkini? Atau buat seru-seruan aja, yang lain juga punya akun sosial media, kenapa gue enggak?
- Explore. Apa gunanya tools search di setiap media sosial? Internet dan media sosial udah ngebebasin kita mau mencari apa aja yang kita mau dan kita suka. Nggak harus terpaku sama apa yang lagi hits, yang lagi ngetren, yang diomongin sama temen-temen. Kita bisa cari akun-akun yang punya konten bagus di definisi kita sendiri.
- See the difference. Setelah kita follow satu akun, pasti ada hal yang berubah. Feed kita jadi tambah banyak. Nggak cuma itu, kita juga harus perhatikan sikap kita setelah akun tersebut nge-post sesuatu. Apakah kita jadi merasa semangat? Terinspirasi? Bahagia? Then keep follow the account. Kalau akun tersebut udah mulai terasa negatif; kita lihat kalau kontennya jadi ga asik, atau bahkan kita jadi membandingkan kehidupan sosial media-nya si A sama milik kita sendiri.. then stop following the account. Nggak ada aturan yang bilang kalau sekali follow, ga boleh unfollow kok.
Share things that you think worth to.
Selain bisa memilih apa yang kita mau tau, kita juga selalu bisa memilih apa yang mau kita bagikan. Bukan berarti kita harus menyenangkan orang lain dengan feed kita yang selalu bagus dan kayak apa yang mereka harapkan. We are not people pleaser. Jangan berbagi sesuatu di internet cuma demi likes, view atau ketenaran. Berbagilah karena kita ingin, karena kita pikir hal yang kita bagikan bakalan bermanfaat buat temen-temen di Internet.
Kadang kalau mau berbagi sesuatu suka disangka pamer sama orang. Ya biar nggak disangka pamer, tarolah beberapa info tentang barang/hal yang kamu bagi di sosial media tersebut. Misalnya kalau mau share foto makanan, ya jangan fotonya aja. Kasihlah caption yang berisi info/pendapat kita tentang makanannya. Lebih bermanfaat.
Note that 'bermanfaat'-nya setiap orang punya arti yang berbeda. Kalau kamu menganggap foto group, wefie, selfie, itu bermanfaat buat dibagikan, menularkan kebahagiaan, ya kenapa nggak di-share. We have different values, aku pun nggak memaksa kalian buat melakukan apa yang aku lakukan.
Ada garis pembatas di antara pamer dan sharing. Batasnya susah banget diliat, dan bervariasi from person to person. Batasannya ada di dalam hati masing-masing. Apa niat sebenernya kalian untuk update sebuah status/foto/cerita/video? Pamer atau sharing?
Yes, setiap tindakan di dunia akan selalu dinilai dari niatnya. Bahkan kalau kamu berniat untuk sharing tapi orang lain menganggap itu pamer, ya don't worry lah. Inget batasannya kan beda buat setiap orang. Nggak ada salah kamu atau salah dia, ini bukan tentang kesalahan. Dan perbedaan itu biasa.
Kenapa harus sharing hal yang bermanfaat di Internet dan sosial media?
- Perwujudan yang paling mudah dari 'sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya'. Jadi manusia yang baik itu nggak susah, kok.
- What goes around comes back around. Kayak yang aku udah bilang di episode satu.. Semakin banyak kita sharing, semakin banyak juga manfaat yang bakal kita dapatkan.
Tentang teman dan follow-follow-an.
Hal yang paling bikin gemes di dunia maya adalah kalau ada temen yang minta followback. Dengan embel-embel temen. Meskipun nggak deket-deket banget, meskipun temen itu nggak punya pengaruh besar dalam hidup kita, meskipun feed-nya nggak cocok dengan interest kita.. Ya pokoknya asal temen, deh!
Formula yang harus diinget:
Follow ≠ Friends
Sebelum masuk ke pembahasan, aku punya cerita.
Aku punya temen, namanya disamarkan deh. Putra. Temen SMP, dari kelas satu sampai kelas tiga sekelas terus. Dia anaknya diem-diem menghanyutkan. Pendiem, tapi di otaknya penuh imajinasi; nggak ada tuh yang namanya kertas kosong di belakang bukunya. Kalau nggak grafitti, pasti penuh sama gambar. Kita nggak bener-bener deket kayak suka ngobrol banget gitu. Sesekali aja.
SMA, pisah. Ketemu lagi di Instagram, waktu kuliah. Kita saling follow. Awalnya sama-sama main Instagram iseng doang, karena suka foto (seriously who doesn't?). Tapi kesini-kesini, hal yang kita 'share' itu makin beda. Kayak jalannya berpisah gitu.
Aku jadi cenderung manfaatin instagram buat connect with fellow bloggers, sharing tentang food, beauty, travel dan fashion.
Sedangkan Putra ini, he found his true self too. Dia menemukan bahwa Instagram bisa jadi ladang buat mengekspresikan semua imajinasi yang ada di kepalanya. Imajinasinya pun bisa bikin oranglain terinspirasi.. in its own way.
Feed-nya Putra masih membuat aku terinspirasi dan terkagum-kagum. Tapi seperti yang keliatannya, feed aku jadi nggak relevan sama interest-nya Putra. And I know he unfollowed me. Tapi apakah kita berhenti berteman? No. Punya interest yang berbeda, nggak saling follow, bukan berarti nggak berteman. Hanya sesimpel kita punya value berbeda dalam menggunakan sosial media. Aku masih kadang-kadang suka komentar/like postingan Putra di Line kok sampe sekarang. Dia pun ngewaro.
Apa aku nge-interogasi kenapa dia unfollow? Apa aku demand dia buat follow aku?
No.
Follow, atau mengikuti itu artinya kita pengen tau tentang update sebuah akun karena simply akun tersebut rasanya bermanfaat buat kita. Sedangkan friends atau berteman, ya kita temenan. Kayak di Facebook. Kalau masih main Facebook, coba liat deh. Kita bahkan bisa unfollow temen kita kok, kalau feed-nya dirasa nggak bermanfaat.
Ini contoh doang kok, gak aku unfollow beneran. Masa kokoh cakep nan produktif begini di unfollow? lol. FYI, masih jomblo. |
Dengan nggak follow/difollow, bukan berarti pertemanan di dunia nyata harus jadi canggung. Kalau orangnya minta kita follow tapi feed-nya ga menarik di mata kita, boleh kasih link postingan ini. Atau postingan temen-temen blog lain, banyak banget yang udah bahas tentang follow-follow-an kok. Semuanya pada gemes-gemes banget sama masalah ini. Huahaha.
Tapi sekali lagi, inget ya kalau kita punya value yang berbeda. Kalau menurutmu semua temenmu feednya asik dan menarik, ya follow aja.
Well.. Nggak ada yang salah dalam dunia Internet dan sosial media yang sifatnya personal banget. Tinggal pilihannya aja: mau memanfaatkan internet sebaik mungkin buat sarana mengembangkan diri, kenalan sama orang baru, cari pengetahuan baru, bikin portfolio.. Atau mau pakai internet buat sekedar hiburan dan keep in touch sama temen di dunia nyata aja? Atau mau dua duanya? Atau gak dua-duanya?
Pilihannya gak terbatas loh. Share aja di kolom komentar kalau punya pilihan lain~
Pilihannya gak terbatas loh. Share aja di kolom komentar kalau punya pilihan lain~
jangan diunfol saf cakep hahahahahahhahahaha
BalasHapusaku sering ngeunfoll orang kok. btw dulu aku emang ikut komunitas owner olshop gitu, terus kita saling follow. eh mereka isinya selfie selfie gak jelas semua. mana sekali aplod bisa 10:( kan feednya bener vener memgganggubtl aku. makanya aku unfol. mereka unfol balik dan isoke. its totally fine. i choose what i want to digest. jadiya.. gitu...
Yaampun dhel bilang aja ke orgnya langsung lol.
HapusIyesssss you did right xD
Ini paling sering di path nih, punya temen sehari bisa update 10 kali :( kebencian kedengkian bisa berawal dari social media, karna beda interest tadi
BalasHapusDunia internet ini keras ya kak :(
HapusIni yang terjadi di masyarakat kita fir. Hampir semua masyarakat endonesah masih latah ama jagad cyber. Beberapa waktu ini yg bikin greget tuh Musa VS Rio sama like share fp bagi-bagi mobil. Tolong hayati sama kelakuan orang-orang ini.
BalasHapusJagad cyber emang dasyat kekuatannya, disisi lain menguntungkan, disisi lainnya merugikan. Tinggal bagaimana kita membentengi diri dengan filter ampuh. Kalau aku pribadi semenjak ngeblog aku kayak dibentengi filter dengan baik, g nyerap sekonyong koder berita yg di share, jadi bisa bedain mana asli ama palsu.
Urusan polo-poloan, jaman sekarang di anpolo, bikin orang2 baper ye, akh sendiri gitu sih, cuman sekedar agak syok aja, dan bertanya2, tapi bener juga kata kamu, unpolo bisa jadi kita udah g cocok sama orang itu. Akupun beberapa kali menjaring razia di ig buat ngeanpolo beberapa account yg aku anggep udah g penting
Plis kak pipit kenapa bahasa bahasanya kayak anak IPDN banget membentengi dan razia gitu jadi serem x'))
HapusAku masih agak susah sih bedain berita palsu dan asli. Sedih.
Haha setuju banget nih, kudu selektif siapa yang harus di follow.
BalasHapusBtw, gue kadang suka risih sama yang minta folloback, bukannya gue gak mau atau apa tapi gue suka mikir "buat apa gue ngefollow?" soalnya siapa yg gue follow itu berarti gue emang perlu postingan dari dia, ada maksud dan tujuan #halah :v
Harus bikin proposal dulu kalo mau lo follow berarti.lol.
HapusAda anak orang bilang, "Hidup di dalam cyber world itu lebih 'gereget' daripada dunia yang sebenarnya" dan gue baru ngerti setelah baca artikel ini :"D
BalasHapusPostingan yang berangkat dari hal-hal sekitar dan sering kejadian ini selalu sukses bikin gue senyum-senyum sendiri wkwk. Jadi kayak "Ah, iya bener juga nih.." "IYA BENER BANGET' and the blah and the bleh. Pokoknamah kitu.
BalasHapusI really do agree with your opinion, tapi terkadang ada temen yang ya karena gue temen mereka, jadi gue harus follow mereka. Social media is nothing, it's just for doin' something what you want. Even itu follow-follow-an. Kehidupan sebenernya ya ini dan di akhirat nanti #BenerinPeci
Btw ada salam dari blog baru gue, Aa Indra :D
Kadang orang yang minta folbek tetep gak bisa diginiin Fir. Aku diemin aja dan gak bakal aku follow HAHAHAHAHA *licik
BalasHapusSetuju!
BalasHapusGue juga pernah melakukannya. Jadi, gue dulu punya temen waktu kelas 11. Dia orangnya hobi banget pamer. Pamer ini lah, itu lah, jadi Recent Update di BBM (ya, anggap aja lah sosmed), penuh sama sampah. Karena dia masih temen satu kelas, alangkah baiknya nggak gue delete dulu. Siapa tau dia butuh info gitu kan. Namanya juga temen satu kelas.
Pas kenaikan, kelas dan sekolahnya pindah. Gue rasa, inilah waktu yang tepat untuk delete dia dari kontak bbm. Gue delete. Lalu, sekitar 4 bulan kemudian, kami bertemu lagi dalam sebuah tes masuk universitas. Karena tau bakal jadi temen seperantauan (iya, kami merantau buat melanjutkan pendidikan), gue rasa, nggak ada salahnya buat berhubungan lagi. Siapa tau aja nanti bisa saling tolong menolong di perantauan.
bener juga sih ya. kadang yg gak bermanfaat asal di share aja. walau balik lagi sih but its up to them. waah, aku harus berubah nih. share2 yang bermanfaat. nice post btw :)
BalasHapusih setuju banget ama tulisannya. sayangnya etika menggunakan media sosial kadang emang harus datang dari kesadaran sendiri, dari pendidikan dan kepekaan sosial tersendiri.. yang malah ga mereka dapat dari orang-orang suka pamer yang mereka follow di media sosial =..=
BalasHapus