Selasa, 27 September 2016

Resonansi yang Mengalir

Namanya juga manusia, liat oranglain bahagia pasti ada iri-irinya. Dan buatku, aku paling iri sama sekelompok orang yang pertemanannya sangat sehat: membangun satu sama lain, berkarya, meskipun nggak selalu ketemu dan berkabar setiap hari.

Foto kiriman Qonitah al Jundiah (@thataljundiah) pada


Namanya juga masih di usia perkembangan, aku suka membandingkan lingkaran pertemananku dan pertemanan orang lain. Kadang ada pikiran 'Duh ingin deh punya temen yang macem #ibuibuhot, girls which are empowering each other.' Dan terkadang, aku malah 'memaksakan'. Meskipun aku tahu lingkaran pertemananku nggak seindah, sesehat, dan sekuat mereka, aku suka berangan-angan bahwa aku bisa berkembang dengan mereka.

And guess what, I'm so so wrong.

redfairyproject.com

Resonansi itu nggak bisa dipaksakan, men.

Terlepas dari yang namanya takdir tuhan dan nasib, aku adalah orang yang selalu percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini bukanlah kebetulan. Aku adalah orang yang percaya selalu ada alasan di balik sebuah kejadian, sampai kadang aku merasa nggak puas kalau belum menemukan si 'alasan' itu. Resonansi. Satu kata yang selama ini aku cari-cari maknanya, tapi barulah tadi malem kang Alwin menyingkapkan rahasia di balik si resonansi itu.

Dari dulu sebenernya aku emang tertarik sama dunia psikologi sih cuma nggak tau aja harus gimana ngomong ke aa nya. Tapi aku nggak nyesel juga baru bisa deket sama aa sekarang wkwkwk. Lope lah pokoknya.

Menurut teori yang kulupa sumbernya dari mana (aku jelek banget sih masalah melihat 'siapa' yang ngomong, yang selalu aku ingat pasti konteks), setiap atom molekul yang ada di bumi ini punya daya tarik. Kayak radio, kalau kamu punya frekuensi FM, ya pasti kamu bisa mendengarkan radio-radio yang ada di frekuensi FM, bukan AM. 

Jadi benar. Kenapa kamu ada di sini, sekarang, membaca ini, itu bukan kebetulan. Ada resonansi dari pikiranku yang menarik kamu ke sini. Entah kamu iseng googling atau lagi kepo-kepoin 'safiranys' lewat google, yang jelas itu bukan kebetulan. Kamu datang ke sini, karena aku punya daya tarik. Dan kalau kamu nulis komentar di bawah, siapa tahu resonansi kita jadi tarik-menarik. Coba saja.


Karena kami sudah membuktikannya. Entahlah, aku pun nggak tahu kenapa bisa sering-sering baca blognya om Kev. Aku pun nggak tahu kenapa om Kev bisa dengan isengnya blogwalking ke blogku dan akhirnya kita jadi ngobrol asik. Yang aku tahu, kami punya ide dan energi yang bisa dibagi untuk membangun satu sama lain.

Padahal kalau dipikir, rasanya mustahil. Aku dan om Kev berjarak 10 tahun. Ya sekalipun ketemu di institusi pendidikan, mungkin dia bakalan jadi dosen dan aku mahasiswanya. Kalau dipikir, aku tinggal jauh di ujung kota sedangkan dia tepat di tengah kota. Sekalipun nggak sengaja bertemu, mungkin itu bakalan jadi saat aku naik bus Damri. (IYA AKU SECINTA ITU SAMA DAMRI, KENAPA?)

Sama Yopi disuruh pedekate sama supir Damri coba. Temen macem apa :(


Foto kiriman Safira Nisa (@safiranys) pada


Dan yang aku tahu, resonansi nggak bisa dipaksakan. Pengalaman, men.

Waktu ikut ajang pemilihan ini, ada karantinanya beberapa hari. Dari hari pertama seleksi pun, sebenarnya aku udah nemu satu orang yang beresonansi di frekuensi setara sama aku. Anak yang baru lulus SMK, cowok. Purkon namanya. Tapi karena aku terlalu 'buta' lihat orang-orang hebat macem teh Izzi dan kawan-kawan, aku menolak untuk membangun pertemanan sama  Purkon. Aku memaksakan diri buat berteman dan ngobrol sama orang yang kukagumi, padahal frekuensi kami belum sama.

Hasilnya?

Ya aku deket sama Purkon nggak, bisa bergerombol sama teteh-teteh kece juga nggak.

Resonansi itu harus dibiarkan mengalir, dan lingkaran pertemananmu akan terbentuk sendirinya. Meskipun sekarang aku masih belum mengerti kenapa aku harus punya koneksi dengan kamu, atau dia, atau mereka.. Yakinlah, ini semua masih potongan puzzle kecil yang akan jadi lukisan besar. Dan aku, masih belum tau lukisan besar seperti apa yang akan terbentuk nanti.

P.S: Buat mbak editorku yang mungkin sedang wondering kenapa aku belum menuntaskan deadline, jawabannya karena aku masih harus 'menuntaskan urusanku yang belum selesai' ini. Sounds sooo not professional, but that's how we learn and how we grow.
Dan buat semuanya yang disebutkan di sini, kalau kalian baca, percayalah you means something to me.

12 komentar:

  1. Resonansi ya...

    Gua percaya bahwa memang di dunia ini ada beberapa orang yg punya "frekuensi" sama dengan kita dan kita beruntung kalo bisa bertemu dengan orang-orang seperti itu. Ya, sama halnya kayak gua berhasil menemukan lu, beruntung banget.

    Terus semangat berkarya dan bertanya ya Nis, kapan-kapan kita ngopi cantik lagi wkwkwk =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha seneng banget ada orang yang ngerasa beruntung bertemu aku haha :')))

      Yuk! Wiki kemaren enak banget sih, gangerti lagi. Apalagi gratisan, wkwkwk.

      Hapus
  2. hmmm agak sulit sih sebenernya. kalo mau gampang ya sama2 saling menciptakan 'kebutuhan' dan itu bakal lebih erat. Kadang ada juga yang sekali ketemu langsung klop, ada yang bahkan sampe berkali2 ketemu ya gitu2 aja, cuma temen biasa, bukan yang bisa berbagi pikiran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, kalau masalah itu lain lagi kak. Memang frekuensi nggak bisa dipaksakan, tapi bukan berarti manusia cuma punya satu frekuensi. Bisa jadi 'nyambung'nya di hal lain, bukan yang bisa berbagi ide atau pikiran. Bisa jadi satu frekuensi di humor, hobi, dll. dll. Yes, manusia serumit itu :))

      Hapus
  3. Iya, ibaratnya emang harus ada 'klik'nya dulu ya baru deh bisa buka-buka semuanya. Jadi seru dan lepas bebas tanpa batas gitu. Muehehe. Anyway, salam kenal ya. Kayaknya baru pertam kali deh main ke sini. Tahu dari blognya om kev. \:p/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga! Makasih udah mampir, maafkan belum sempat mampir balik :')

      Hapus
  4. dan sampai sekarang aku sepertinya belum menemukan orang yang benar-benar satu frekuensi. ada sih yang dekat walaupun jarang banget ketemu tapi kami beda banget, kesamaannya sangat sedikit. tapi ya cukup nyambung dengan dia dibanding temen-temen yang sering main denganku, hobinya sama, dll di sekolah atau di kampus. nggak ngerti juga sih, emang ada hal yang disukai dan gak disukai yang membuat aku nyambung dengan si A karena hobi misalnya, dan nyambung dengan si B karena bikin nyaman misalnya, dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang nyambungnya seseorang dengan oranglain pasti beda-beda. Agak rumit juga kalau dijabarkan, yang paling bener mah dicoba dan dijalani aja sih ya~

      Hapus
  5. Untuk membuka diri sama orang lain bagi gue juga cukup susah. Susah cari frekuensi yang sama dengan gue. Terkadang gue malah acuhin orang yang temenin sama gue. karena gue merasa udah gak di awal. Tapi, kayaknya semua orang punya frekuensi yang berbeda. Yang ada cuman Frekuensi yang bisa menarik dan membuat orang mendekati kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama! Dan karena suka acuhin temen yang udah deket, malah aku jadi nyesel sendiri gitu :')
      Iyaa! Makanya harus jadi pribadi yang menyenangkan, biar dekat sama orang yang menyenangkan juga :D

      Hapus
  6. Kalo akuuu, entahlah nggak pernah menemukan satu resonansi yang sempurna. Tapi setiap orang-orang terdekatku punya kepingan resonansi masing-masing. But so far sejauh ini yang paling klik ya suami sih :3 wkwkwkwk

    BalasHapus
  7. 'your vibe attracts your tribe' ini quote fav-ku!
    Toh kita memang ngga bisa memaksakan kita harus klik sama 'si ini' atau 'si anu', it's nice to go with the flow. And yep! Menurutku engga melulu harus banyak kesamaan buat klik, salah satu hal saja kalo bikin klik dan nyaman biasanya tetap asik-asik aja sih. Tapi untuk mengundang 'tribe' kita adalah dengan mencoba berteman dengan siapa saja, meskipun itu susah banget :))
    Ohiya, saya nemu blog kamu setelah ngintip photos of ra_info, lalu kepoin ig nya deh lol semacam pengakuan dosa ga sih ini pfft.

    BalasHapus

Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!

COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES