Setelah membaca post instagramnya Michelle Phan, aku tertegun. Bahkan Mish yang kelihatannya sangat magical, positif, dan hidupnya udah mulai stabil pun masih bisa dilanda kegalauan. Sampai dia memutuskan untuk berhenti bikin konten beauty di internet lagi. Entahlah karena apa, tapi yang jelas, itu Michelle Phan.
Dan semua orang juga punya masalahnya masing-masing. Kamu punya masalahmu, dan aku juga punya masalahku. Kalau kamu nanya kenapa aku dengan 'berani' dan lugas menguraikan masalahku di internet, kamu harus percaya. Ini adalah caraku memencet tombol 'start', buat memulai membuka diri dan berani memperbaikinya. Tapi kalau kamu emang anaknya yang dimarahin malah makin 'kuat' kayak Wirda Mansur, skip ajalah post ini. Udah, urang salut banget deh.
Aku juga ngerasa, kok rasanya kayak drama banget masalah begituan ditulis di internet. But dude, setelah aku tulis, ternyata pembacanya tembus 100 lebih. Nggak satu dua orang yang bilang merasakan hal yang sama, banyak. Dan yang terpenting, aku punya poin yang aku sampaikan; Mau sampai kapan masyarakat Indonesia mengabaikan kesehatan mental anak-anak bangsanya? Jangan bergantung sama pemerintah lah, yang punya kekuatan itu kamu sendiri loh.
Memang aku nggak bisa memaksakan 'kesadaran' kamu untuk mengerti ada yang salah di sini. Aku hanya bisa memancing, dan aku rasa itu udah lebih dari cukup. Karena setiap orang punya jalan dan caranya masing-masing buat membuka diri dan menyelesaikan masalah. Ini caraku, dengan berbagi sama kalian. Dengan curhat sama kakakku yang S2 Psikologi (which means info yang aku berikan gak asal-asalan woy). Dan dengan ngobrol bareng teman.
Beberapa hari lalu, aku dateng ke pengajian yang membahas tentang keagamaan. Jujur, aku bukan orang yang religius amat apalagi fanatik. Aku sangka sih orang-orang yang sangat religius itu memang udah dari sananya begitu. Rajin lah, istiqomah lah. Tapi ternyata enggak, buat jadi re-ligius itu mereka harus 'mendatangi' ilmu dan menjaganya. Dateng ke majelis lah, pengajian lah, dll lah. Mereka menjaga spiritual mereka tetap sehat, pakai usaha.
Jadi kalau kamu ingin mental kamu sehat, harus ada usaha juga. Nggak bisa dong kamu tiba-tiba ingin sembuh tapi kamu diem aja. Lah mau kurus aja dirimu dan badanmu yang menahan diri untuk gak makan enak kan, bukan makanan enaknya yang menjauhi kamu. Kesehatan dalam bentuk apapun harus dikejar, dia nggak akan datang sendiri.
Tapi kamu juga harus sadar ada di mana kamu sekarang untuk menentukan gimana kamu memulai. Kalau misalnya kamu ingin meningkatkan sisi spiritualitas kamu, kamu harus sadar berapa banyak ibadah yang kamu lakukan selama ini. Hitung mana yang bolong, perbaiki yang ada dulu. Begitupun dengan diet, gak usah jauh-jauh memimpikan asian salad dengan dressing aneh-aneh, ya petiklah aja pisang dari pohon di belakang rumah. Buat mulai ngejaga kesehatan mental? Coba liat temen sekitarmu, solusinya mungkin ada di sana.
Dan akhirnya, aku menemukan jalanku keluar dari masalah ini. Ada temenku yang bilang;
'Nih ya, kalau urang nyebutin baik-baiknya ibu urang, maneh pasti iri. Kalau urang sebutin jelek-jeleknya juga maneh nggak akan mau da ketemu sama ibu urang. Fir, da manusia mah nggak akan puas-puas. Yang jelas, coba liat sekarang. Maneh udah kayak apa. Bisa nulis lah, menang lomba lah, dapet hadiah dari internet lah, ah kitu weh pokoknamah. Orangtua maneh, dengan perlakuan yang maneh ga suka itu udah membentuk maneh jadi seperti ini. Terus sekarang urang tanya, berapa orang yang pengen jadi kayak maneh? Banyak siah fir.'
Jleb. BYE H I HATE U.
Terus pas urang ceurik, si eta malah pergi dan mengurusi politiknya. Parah kan π
Terus pas urang ceurik, si eta malah pergi dan mengurusi politiknya. Parah kan π
Kalau kamu menyimak baik-baik, kata-kata dari orang itu bakalan mempengaruhi kamu. Dan itu yang terjadi sama aku sekarang. Setiap ada hal yang aku nggak suka, aku jadi lebih santai dan bisa menerimanya. Bahkan aku bisa membantu biar keadaan rumah lebih baik, seenggaknya buat diriku sendiri dan adik-adikku. Rasanya tenang, tapi kadang tetap ada aja hari di mana masalah memburuk dan jadinya stress sendiri. Mungkin ini masih awal dari suatu proses yang panjang. Semoga aku bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi (dan kamu juga!) π
Gimana dengan masalahmu, udah kelihatan arah jalan keluarnya?
Suka banget sama tulisan lu yg ini. Emosional, tapi juga inspiratif. Ya memang, segala sesuatu itu butuh proses. Apalagi hubungan antar manusia, bagaikan segumpalan benang kusut yg gak tahu harus mulai diurai dari mana. Tapi selama lu tidak menyerah, dan terus berusaha, suatu hari bisa mengenang semua masa-masa pahit ini dengan senyuman. You met someone for a reason, either he's a blesing, or a lesson. Maafkan diri lu sendiri, baru lu bisa memaafkan orang lain.
BalasHapusGua tau, karena kalo hari ini gua mengingat semua permasalahan dan sakit hati yg gua alami waktu gua berumur 19 tahun dulu, gua malah jadi senyum-senyum sendiri hehe. Semangat Nis. Whenever you need me, you know that I will be one text away =)
((masa-masa pahit))
HapusAh, nggak pahit kok cuma masam. Lol.
Yes, kalau kita aja nggak bisa nerima diri sendiri, gimana orang lain mau nerima diri kita?
Oki doki!
Well, semakin kesini aku semakin sukaaaaaaa sama tulisanmu Fir :)
BalasHapusMakasih, teteh! :D
Hapuskeren mbak, suka sama kata-katanya yang ini "Kesehatan dalam bentuk apapun harus dikejar, dia nggak akan datang sendiri"
BalasHapusK.E.C.E!