Sumber: Liputan6 News |
Masih inget kejadian bom sarinah, gak?
Waktu itu, aku masih libur kuliah dan lagi ada di rumah sodara. Nggak, bukan di Jakarta. Tapi ya tau lah kalau ada kegemparan di TV.. semua orang ikut riweuh. Termasuk aku dan semua temen-temenku di grup line yang jumlah grupnya ga kurang dari limabelas.
Saking bingungnya sama informasi yang masuk, aku jadi ikutan panik dan main sebar-sebarin informasi. Tanpa cek ulang, tanpa mikir lagi. Kebiasaan, tergesa-gesa. Dan waktu aku kasih sebuah kabar ke seseorang tentang bom sarinah ini, dia bilang kalau kabar yang aku kasih itu hoax. Dari akun pksp*yungan. You know, lah.
Aku bener-bener nggak tau karena aku asal comot aja dari grup sebelah. Dan apa yang dia bilang?
"Kamu masih nggak peduli sama hal-hal yang kayak gini."
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang seorang yang fasik kepadamu membawa berita, maka tangguhkanlah (hingga kamu mengetahui kebenarannya) agar tidak menyebabkan kaum berada dalam kebodohan (kehancuran) sehingga kamu menyesal terhadap apa yang kamu lakukan”
Akhirnya aku tau kalau satu berita itu bisa mempengaruhi keadaan seseorang yang mendengarnya. Mau itu seorang, sekelompok, satu desa, satu negara.. pasti keadaannya berbeda kalau beritanya berbeda. Makanya, masalah berita itu fatal banget.
Suatu hari, aku pernah diminta sama editorku buat nulis tentang hashtag #SiAPPMengajar yang lagi ngetren di Twitter. Beliau kira, itu emang gerakan masyarakat yang antusias sama suatu kegiatan di hari Pendidikan bulan Mei kemaren. Tapi aku ngerasa ada yang salah.
Aku mencoba buat teliti dan cari akar permasalahan kenapa #SiAPPMengajar ini bisa ngetren. Aku ngerasa ada yang salah karena.. 1) Hashtag ngetrennya cuma di twitter, ga di sosial media lain (Biasanya kan kalau ada gerakan kegiatan, di lintas platform hashtagnya trending), 2) Karena nggak ada brand ambassador/spokeperson besar yang memulai hashtag ini. (Karena biasanya campaign yang melibatkan hashtag, itu nyewa brand ambassador dulu).
And you know what?
Ternyata hashtag #SiAPPMengajar itu adalah kuis, yang dibikin sama sebuah akun kuis (bukan akun perusahaan). Hadiahnya nggak seberapa, tapi peserta disuruh menulis tweet sebanyak-banyaknya tentang sebuah perusahaan kertas (pasti tau deh, coba liat buku tulis anak SD) dan perannya dalam membantu pembelajaran di Indonesia. Setelah skandal kebun sawit yang bikin nama perusahaan itu turun.
Keliatan banget kan, tujuannya apa? Ah ga mau suudzon deh lagi puasa.
Tapi kalian bisa bayangin dong kalau aku main nge-iya-in aja tanpa research kepo yang dalem sampai ke akar-akarnya, kemakan trending hashtag dan akhirnya aku nulis artikel tentang #SiAPPMengajar. Dan ketika tahu kebenerannya, aku bakalan menyesal banget.
UNTUNGNYA ENGGA. So proud of me aku teliti :') #Iloveme
Baca punya Aul:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!