Aku, selama ini bukan orang yang selalu senang. Kalau kalian percaya bahwa itu aku, well.. I guess I am a great liar. Dan perasaan tidak senang ini bukan berawal tahun ini. Bukan tahun lalu. Bukan kemarin. Bukan gara-gara oranglain.
Aku bukan orang yang positif, dan itu fakta yang ada sejak belasan tahun lalu.
Kalau mau main hitungan, sekarang aku 18 dan mungkin, sudah 13 tahun aku jadi seperti ini.
Kamu tahu, apa yang aku rasakan ketika aku lihat oranglain senang? Aku nggak suka.
Kamu tahu, apa yang aku rasakan ketika seseorang ngasih aku kebahagiaan? Aku berharap terlalu banyak. Dan biasanya, yang terjadi selanjutnya adalah aku meninggalkan mereka tepat di saat aku tahu mereka nggak bisa bikin aku bahagia lagi.
Kamu tahu, apa yang aku rasakan ketika aku tidak merasa kesepian? I tied all of the people who made me feel so. Hanya biar aku selalu merasa ditemani.
I guess, you could figure out why and because of what.
Tahun ini, Ramadhan ini..
Banyak yang terjadi sama hidupku. Pengalaman yang nggak pernah aku dapat sebelumnya. Pemikiran yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Dan aku terus menuliskannya, berbagi sama kalian karena intinya adalah aku pelupa. Manusia memang diciptakan dengan sifatnya yang pelupa tapi, yang membuatku lupa adalah menulis.
Kalau aku menulis semua catatan ini sendirian, aku nggak bisa diingatkan. Kalau aku menyimpan rahasia ini sendirian, aku nggak bisa diselamatkan, mungkin. Suatu hari. Kamu tahu, apa yang kita lakukan di masa lalu, sekarang, akan mempengaruhi masa depan.
Kalau aku nggak berbagi, aku akan jadi orang yang paling menyesalinya.
Akhir-akhir ini aku belajar bahwa perasaan positif, bahagia, senang itu bukan pilihan. Yang ada di pilihan kita cuma dua: mau jadi kuat, atau lemah?
Artinya: "Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
18 tahun, itu cukup.
Cukup membuatku mengerti, bahwa apa yang aku lakukan selama ini salah. Selama ini aku selalu menulis, bukan itu yang salah. Yang salah adalah alasan di baliknya. Aku hanya menulis untuk melampiaskan perasaan kemudian melupakannya. Untuk membuatku lega, tanpa jejak dalam hati. Hasilnya? Tidak ada bekas.
18 tahun, itu cukup.
Cukup membuatku sadar, kalau aku sangat lemah. Nggak punya pengalaman yang aku pelajari selama hidup. Aku terlalu sering melupakan pengalaman. Hal-hal yang udah aku lewati, sampai-sampai nggak pernah belajar.
Bahwa kenyamanan, rasa bahagia itu ada. Nggak jauh-jauh, itu ada di sekitarku.
Aku nggak bisa menyangkal bahwa aku ingin berhenti menulis. Aku sangat, sangat ingin. Sementara atau selamanya, aku nggak pernah tahu. Yang aku tahu, lari dan melupakan masalah itu bukan sesuatu yang benar. Karena merangkul masalah, menghadapinya dengan hati yang besar, jauh lebih melegakan. Dan memberikanku pengertian. Menjadikanku lebih kuat.
Karena kalau aku nggak menemukan ketenangan, kebahagiaan, dan kedamaian dari dalam, dari hal yang paling dekat, sebenarnya aku nggak akan pernah menemukan kedamaian itu. Meskipun sesaat aku merasa lebih baik dan bahagia, tapi sebenarnya aku tidak. Aku nggak bisa berubah. Kalau aku terus menulis HANYA untuk diriku sendiri. Untuk lari.
Ya, aku cuma berhenti menulis buat diriku sendiri. Dan untuk pemuasan ego.
Dan kalau aku menulis lagi, apa alasannya?
Pekerjaan, untuk orang-orang yang membutuhkan inspirasi.
Selain itu, aku belum tahu lagi. Tapi aku akan segera tahu. Aku tahu, apapun yang direncanakan oleh Yang Maha Kuasa adalah yang terbaik. Karena apapun bentuknya, semua yang aku (dan kamu) alami di sini adalah bentuk ujian, juga nikmat.
Nikmatilah di saat Tuhanmu memberikan kesempatan untuk kamu jadi lebih kuat.
(Aku sarankan kamu baca post-nya Aul biar hari ini nggak jadi berat untukmu. Tetap, kalau kamu merasa tulisanku ini membantumu yang lagi dalam kesulitan, aku sarankan kamu baca postingan Aul. Seenggaknya ada satu senyum yang bisa kubuat hari ini, kalau kamu mengambil saranku)
Baca punya Aul:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!