Sabtu, 11 Juni 2016

#1Day1Ayat: Jadi Pribadi yang Lebih Baik

Baca punya Aul:
#1Day1Ayat: An-Nisaa: 149

Aku yang nggak pernah bener-bener belajar buat menghadapi hidup sendirian, merasa kalau proyek #1Day1Ayat ini banyak membantuku mempelajari kehidupan, bahkan menemukan masalah dan pemecahannya. Ramadhan ini belum sampai seminggu, tapi aku udah merasa lebih keren. Pagi ini aku bisa nulis tiga artikel. Satu tentang Grace VanderWaal, satu buat Trivia Id, satu lagi.. Ya post ini. Yes, after all this time, ternyata post #1Day1Ayat bisa tepat waktu karena di-schedule! Haha~

Dulu, aku seringnya mengeluh, meyalahkan jadwal kuliah yang bikin gak produktif buat nulis. Sebel sama orang yang ngatur jadwalnya, kadang jadwal kuliah tabrakan lah, gak ada kelas lah. Apalagi sama dosen kalau gak ngasih kabar, tiba-tiba gak ada aja. Rasanya waktu terbuang percuma. Waktu yang aku habiskan buat jalan ke kampus dan nunggu pengajar berjam-jam tanpa kabar bisa aku pakai buat nulis. Hasilnya, jadi ingin maki-maki dan ngumbar kalau dosen dan staf prodi itu nyebelin. 


Artinya: "Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau mema’afkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa."
Setelah aku pikir, ngeluh dan menyalahkan orang lain itu nggak ada gunanya. Nggak akan menyelesaikan masalah juga. Daripada mengeluh dan jadi lebih bete, nggak mood buat nulis, harusnya aku fokus sama apa yang bisa aku lakukan. Toh nulis bisa di mana aja, kan? Udah punya smartphone ini. Mudah, lah. 

Dan itu yang aku lakukan satu bulan terakhir, sejak magang di Trivia Id. Aku banyak mengurangi kepo-kepo media sosial orang, menggunakan waktu di rumah buat research. Waktu di kampus nunggu kabar dosen, aku usahakan buat nulis minimal satu paragraf di notes handphone. Lebih efektif, produktif, dan menyenangkan dibanding mikirin kesel-kesel di-PHP-in dosen.

#88LoveLife by Diana Rikasari
Aku, manusia. Dan apa yang dibilang kak Di, bener. Memang terkadang rasanya lebih mudah kalau ada masalah, akhirnya menyalahkan orang lain, atau sesuatu yang lain. Tapi kalau aku menyalahkan orang lain, itu berarti aku menampakkan kesalahan mereka, bukan menyembunyikannya. Selain nggak baik menurut ayat ini, menyalahkan orang lain juga jadi menyusahkan buatku sendiri. Bikin bete dan nggak mood, membuang tenagaku sia-sia.

#88LoveLife by Diana Rikasari
Toh dosen, pengatur jadwal matakuliah juga manusia, yang bisa bikin kesalahan. Kak Di bilang, nggak adil kalau kita nggak memberi ruang buat orang lain untuk melakukan kesalahan. Dan kak Di cerita bahwa daripada susah-susah memikirkan kesalahan orang itu, kak Di memaafkan kesalahannya demi berdamai dengan dirinya sendiri. Kalau aku mah.. lebih ke 'yaudahlah ya, gimana lagi.' Itu masuknya memaafkan atau pasrah? lol. Yang penting bisa kembali produktif, deh.

Dalam ayat ini pun disebutkan kalau Allah maha pemaaf dan maha kuasa. Allah saja yang sebegitu Agung, punya kuasa untuk mengatur hembusan nafas manusia masih mau memaafkan kesalahan manusia. Tapi kenapa, kita yang manusia suka merasa sombong, tidak ingin mengalah dan memaafkan? Padahal kita sama-sama lemah dan butuh satu sama lain. Ya, aku nggak mungkin lulus dong tanpa bantuannya dosen dan staf prodi. *sungkem* *brb minta maaf*
Really, I am sorry.

Sambil nulis ini, aku jadi sadar kenapa kak Di bisa sebegitu suksesnya. She has deeper connection with God, and the religion, which apparently I'm still waaay far from that. And it means that I need more time to connect with my God, to make my life better.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku jarang balas komentar di sini, kalau mau jawaban yang fast response boleh DM ke Instagramku (atau twitter) di @safiranys ya!

COPYRIGHT © 2017 · SAFIRA NYS | THEME BY RUMAH ES